Kisah Beng LeeKun atau Meng Li-chun adalah kisah yang dilatarbelakangi pemerintahan zaman Dinasti Goan atau Yuan (1271 – 1368 Masehi). Dalam kisah yang berjudul asli Tsai Sheng Yuan atau Dilahirkan Kembali atau juga Perjodohan Sesudah Penitisan ini, si penulisnya ingin menggambarkan tentang seorang perempuan bangsawan yang gigih dalam upaya menyelamatkan kekasihnya dari fitnah. Ketika itu Tiongkok dikuasai oleh Kaisar Sie Couw atau Shizu (yang berkuasa antara tahun 1260–1294 Masehi).
Kepandaiannya dalam ilmu surat (Bu) yang sangat luar biasa dimanfaatkannya betul, sehingga sang gadis rela menyamar menjadi seorang pemuda dan mengikuti ujian negara. Tak dikira ternyata dia lulus dan memperoleh jabatan yang cukup tinggi. Ini tentu sebuah keadaan yang tak bisa didapat oleh seorang wanita di zaman itu.
Ketika menjadi pejabat, selain berusaha menyembunyikan jati dirinya sebagai perempuan, Beng Lee Kun juga harus menjalankan tugas-tugas yang biasa dilakukan kaum Adam ini dengan sangat baik. Akhirnya dia pun menjadi seorang menteri kepercayaan, bahkan perdana menteri.
Singkat cerita penyamarannya sebagai laki-laki pun terbongkar, namun yang menarik kaisar tidak menghukumnya dan malah jatuh cinta pada perdana menterinya itu. Meski Beng Lee Kun terus-menerus menolak, kaisar tetap berusaha menunjukkan cintanya. Sampai akhirnya, cinta kaisar bertepuk sebelah tangan karena Ibu Suri mengangkat Beng Lee Kun menjadi anaknya.
Oleh sebagian besar orang Tionghoa zaman dahulu, kisah Beng Lee Kun ini memang dianggap tak sehebat kisah roman Sam Kok atau Shui Hu Chuan yang begitu kolosal. Dalam hikayat sastera Tiongkok, konon sebuah karya baru dianggap sastera jika minimal terdiri dari 100 bab, sementara karya-karya yang kurang kolosal seperti Beng Lee Kun hanya dianggap sebagai Hsiao-shuo alias omongan kecil. Walau sebenarnya kisah Beng Lee Kun ini tetap dapat dianggap sebagai roman bermutu di era saat ini.
Namun karena dianggap kurang populer itulah, maka dulu jarang ada orang yang tahu siapa penulis Beng Lee Kun ini. Namun sebuah buku bertajuk “Chinese Women Through Chinese Eyes” karya Li Yuning yang terbit tahun 1991 ini telah mengungkapkan siapa penulis karya ini.
Penulis karya ini ternyata adalah seorang wanita yang bernama Chen Tuan Sheng dan Liang Te-shen. Dikatakan Yu-ning bahwa kedua penulis perempuan ini dalam kehidupan tulis-menulisnya di antara tahun 1751-1847 Masehi juga terpaksa menyamarkan diri sebagai seorang penulis laki-laki.
Dalam analisanya, Li Yuning seperti ingin menggambarkan bahwa betapa lemahnya peranan wanita di Tiongkok kala itu, sehingga si penulis yang juga dua orang wanita ini ingin “memproklamirkan” gerakan emansipasi melalui karya bertajuk Tsai Sheng Yuan ini.()
Judul : Beng Lee Kun 1-2 (Tamat)
Diceritakan Kembali : Marcus AS
Penerbit : Suara Harapan Bangsa
Harga Normal : Rp 200.000
Harga Diskon : Rp 150.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Kondisi : Baru 100 %
Pemesanan : WA /SMS 085920713061
Kepandaiannya dalam ilmu surat (Bu) yang sangat luar biasa dimanfaatkannya betul, sehingga sang gadis rela menyamar menjadi seorang pemuda dan mengikuti ujian negara. Tak dikira ternyata dia lulus dan memperoleh jabatan yang cukup tinggi. Ini tentu sebuah keadaan yang tak bisa didapat oleh seorang wanita di zaman itu.
Ketika menjadi pejabat, selain berusaha menyembunyikan jati dirinya sebagai perempuan, Beng Lee Kun juga harus menjalankan tugas-tugas yang biasa dilakukan kaum Adam ini dengan sangat baik. Akhirnya dia pun menjadi seorang menteri kepercayaan, bahkan perdana menteri.
Singkat cerita penyamarannya sebagai laki-laki pun terbongkar, namun yang menarik kaisar tidak menghukumnya dan malah jatuh cinta pada perdana menterinya itu. Meski Beng Lee Kun terus-menerus menolak, kaisar tetap berusaha menunjukkan cintanya. Sampai akhirnya, cinta kaisar bertepuk sebelah tangan karena Ibu Suri mengangkat Beng Lee Kun menjadi anaknya.
Oleh sebagian besar orang Tionghoa zaman dahulu, kisah Beng Lee Kun ini memang dianggap tak sehebat kisah roman Sam Kok atau Shui Hu Chuan yang begitu kolosal. Dalam hikayat sastera Tiongkok, konon sebuah karya baru dianggap sastera jika minimal terdiri dari 100 bab, sementara karya-karya yang kurang kolosal seperti Beng Lee Kun hanya dianggap sebagai Hsiao-shuo alias omongan kecil. Walau sebenarnya kisah Beng Lee Kun ini tetap dapat dianggap sebagai roman bermutu di era saat ini.
Namun karena dianggap kurang populer itulah, maka dulu jarang ada orang yang tahu siapa penulis Beng Lee Kun ini. Namun sebuah buku bertajuk “Chinese Women Through Chinese Eyes” karya Li Yuning yang terbit tahun 1991 ini telah mengungkapkan siapa penulis karya ini.
Penulis karya ini ternyata adalah seorang wanita yang bernama Chen Tuan Sheng dan Liang Te-shen. Dikatakan Yu-ning bahwa kedua penulis perempuan ini dalam kehidupan tulis-menulisnya di antara tahun 1751-1847 Masehi juga terpaksa menyamarkan diri sebagai seorang penulis laki-laki.
Dalam analisanya, Li Yuning seperti ingin menggambarkan bahwa betapa lemahnya peranan wanita di Tiongkok kala itu, sehingga si penulis yang juga dua orang wanita ini ingin “memproklamirkan” gerakan emansipasi melalui karya bertajuk Tsai Sheng Yuan ini.()
Judul : Beng Lee Kun 1-2 (Tamat)
Diceritakan Kembali : Marcus AS
Penerbit : Suara Harapan Bangsa
Harga Normal : Rp 200.000
Harga Diskon : Rp 150.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Kondisi : Baru 100 %
Pemesanan : WA /SMS 085920713061