Saturday, 18 July 2015

Beng Lee Kun, Kisah Emansipasi Perempuan Ala Negeri Tiongkok

Kisah Beng LeeKun atau Meng Li-chun adalah kisah yang dilatarbelakangi pemerintahan zaman Dinasti Goan atau Yuan (1271 – 1368 Masehi). Dalam kisah yang berjudul asli Tsai Sheng Yuan atau Dilahirkan Kembali atau juga Perjodohan Sesudah Penitisan ini, si penulisnya ingin menggambarkan tentang seorang perempuan bangsawan yang gigih dalam upaya menyelamatkan kekasihnya dari fitnah. Ketika itu Tiongkok dikuasai oleh Kaisar Sie Couw atau Shizu (yang berkuasa antara tahun 1260–1294 Masehi).
Kepandaiannya dalam ilmu surat (Bu) yang sangat luar biasa dimanfaatkannya betul, sehingga sang gadis rela menyamar menjadi seorang pemuda dan mengikuti ujian negara.  Tak dikira ternyata dia lulus dan memperoleh jabatan yang cukup tinggi. Ini tentu sebuah keadaan yang tak bisa didapat oleh seorang wanita di zaman itu.
Ketika menjadi pejabat, selain berusaha menyembunyikan jati dirinya sebagai perempuan, Beng Lee Kun juga harus menjalankan tugas-tugas yang biasa dilakukan kaum Adam ini dengan sangat baik. Akhirnya dia pun menjadi seorang menteri kepercayaan, bahkan perdana menteri.
Singkat cerita penyamarannya sebagai laki-laki pun terbongkar, namun yang menarik kaisar tidak menghukumnya dan malah jatuh cinta pada perdana menterinya itu. Meski Beng Lee Kun terus-menerus menolak, kaisar tetap berusaha menunjukkan cintanya. Sampai akhirnya, cinta kaisar bertepuk sebelah tangan karena Ibu Suri mengangkat Beng Lee Kun menjadi anaknya.
Oleh sebagian besar orang Tionghoa zaman dahulu, kisah Beng Lee Kun ini memang dianggap tak sehebat kisah roman Sam Kok atau Shui Hu Chuan yang begitu kolosal. Dalam hikayat sastera Tiongkok, konon sebuah karya baru dianggap sastera jika minimal terdiri dari 100 bab, sementara karya-karya yang kurang kolosal seperti Beng Lee Kun hanya dianggap sebagai Hsiao-shuo alias omongan kecil. Walau sebenarnya kisah Beng Lee Kun ini tetap dapat dianggap sebagai roman bermutu di era saat ini.
Namun karena dianggap kurang populer itulah, maka dulu jarang ada orang yang tahu siapa penulis Beng Lee Kun ini. Namun sebuah buku bertajuk “Chinese Women Through Chinese Eyes” karya Li Yuning yang terbit tahun 1991 ini telah mengungkapkan siapa penulis karya ini.
Penulis karya ini ternyata adalah seorang wanita yang bernama Chen Tuan Sheng dan Liang Te-shen. Dikatakan Yu-ning bahwa kedua penulis perempuan ini dalam kehidupan tulis-menulisnya di antara tahun 1751-1847 Masehi juga terpaksa menyamarkan diri sebagai seorang penulis laki-laki.
Dalam analisanya, Li Yuning seperti ingin menggambarkan bahwa betapa lemahnya peranan wanita di Tiongkok kala itu, sehingga si penulis yang juga dua orang wanita ini ingin “memproklamirkan” gerakan emansipasi melalui karya bertajuk Tsai Sheng Yuan ini.()

Judul : Beng Lee Kun 1-2 (Tamat)
Diceritakan Kembali : Marcus AS
Penerbit : Suara Harapan Bangsa
Harga Normal : Rp 200.000
Harga Diskon : Rp 150.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Kondisi : Baru 100 %
Pemesanan : WA /SMS 085920713061

Belajar Kesempurnaan dari Roman Xi You



Roman Xi You (Xi You Ji) atau See Yu (See Yu Ki) adalah salah satu roman legendaris dari daratan Tiongkok. Kisah ini menceritakan bagaimana perjalanan biksu Tang Sanzang (Tong Sam Cong) dari Dinasti Tong mengambil kitab suci ke Negeri India (Barat).
Dalam kisah yang ditulis oleh Wu Cheng En ini dikisahkan bahwa dalam perjalanan mengambil kitab suci ini, sang biksu yang konon diutus oleh Kaisar Tang Taizhong (Tong Thay Cong) atau Li Shimin atau Li Si Bin yang berkuasa antara tahun 626 sampai 649 Masehi. Dalam perjalanan mengambil kitab suci ini, sang pendeta harus mengalami banyak kesulitan, tapi beruntung Sun Wukong selalu punya cara untuk menyelamatkan sang guru.
Meski dalam kisah aslinya, pendeta Sanzang hanya mengambil kitab suci seorang diri, tapi Wu Cheng En yang diperkirakan lahir pada zaman dinasti Ming atau Beng (antara tahun 1368 sampai 1644 Masehi )ini sengaja menghadirkan tiga murid si pendeta dalam karya fiksinya. Demikian hebatnya cerita ini bagi masyarakat Negeri Tirai Bambu, hingga roman ini disebut-sebut sebagai salah satu dari lima roman paling populer di kalangan Tionghoa hingga saat ini.
Kelima roman itu adalah Sam Kok atau San Guo Yen I, Shui Hu Chuan atau 108 Pendekar Liang Shan, Hung Luo Meng dan Tong Ciu Liat Kok atau Dong Zhuo Luo Guo dan terakhir tentu saja Xi You ini.  Konon kalau kita telah membaca kisah-kisah Sam Kok, Shui Hui Chuan dan Dong Zhuo tadi, ilmu yang kita miliki tak akan sempurna sebelum membaca roman Xi You ini.
Kaum Tionghoa percaya bahwa dengan membaca Sam Kok, Shui Hu Chuan dan Tong Ciu Liat Kok seseorang akan jadi sangat pandai strategi dan bisa menguasai dunia, namun hal itu belum sempurna karena jika hanya ilmu strategi tanpa memiliki kebajikan seperti yang diajarkan dalam Xi You ini maka si manuisa tak akan sempurna dan cenderung punya tabiat jahat.
Karena dalam kisah tentang Tang Sanzang ini, kita dihadapkan pada tiga sifat dasar manusia dalam diri tiga murid pendeta ini. Pertama adalah sifat Sun Wukong (Sun Go Kong) yang pandai, namun dia punya kecenderungan untuk bertindak di luar batas kewajaran karena nafsu dan emosinya yang tak terkendali.
Sementara Zhu Bajie (Ti Pat Kay) adalah gambaran seorang manusia yang rakus seperti babi dan tak punya malu jika syahwatnya datang. Dia cenderung ceroboh dan menghalalkan segala cara demi memuluskan semua ambisinya.
Sedangkan Sha Wujing (See Gouw Ceng) adalah gambaran murid yang baik dan polos, namun dia mudah diperdaya oleh orang lain. Kelebihan lain dari si murid ketiga Tang Sanzang ini adalah dia sangat setia walau dalam kondisi apapun. Maka ketiga sifat inilah yang coba diredakan oleh sang guru yang arif dan bijaksana. ()

Judul : Xi You 1- 5
Penulis : Wu Cheng En
Penerbit : Bhuana Sastra
Harga Normal : Rp 360.000
Harga Diskon : Rp 300.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Kondisi : Baru 100 %
Pemesanan : WA /SMS 085920713061