Tuesday, 22 March 2016

Menguji Nasionalisme Kaum Tionghoa Indonesia Lewat Buku

Kalau kita bicara soal, nasionalisme di negeri ini, etnis Tionghoa jelas-jelas akan selalu menjadi etnis tertuding karena mereka kerap dicap tak punya nasionalisme. Tudingan demi tudingan yang dilancarkan sejumlah kelompok termasuk oknum birokrat di masa Orde Baru ini mau tak mau akan membuat komunitas Tionghoa jadi mengalami masa trauma akibat perlakuan diskriminatif ini.
Sejarawan dari Komunitas Bambu, J.J. Rizal bahkan pernah menyatakan rasa traumatis di kalangan masyarakat Tionghoa, terutama di kalangan muda terjadi karena secara langsung maupun tidak langsung, etnis Tionghoa seperti dianggap sebagai “roh jahat atau setan” di kalangan etnis non Tionghoa.
Hal ini terjadi setelah adanya peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang kemudian para birokrat di masa Orde Baru berusaha membuat stigma bahwa orang-orang dari keturunan Tionghoa ini dianggap memiliki andil dalam organisasi-organisasi yang berideologi kiri.
Akibatnya etnis Tionghoa merasa ketakutan untuk ikut serta dalam kancah politik. Ketakutan ini juga kemudian memunculkan sikap kaum ini kemudian jadi sapi perahan bagi para pejabat korup di negeri ini.
Tapi yang jadi menarik untuk diperbincangkan adalah apakah benar kaum Tionghoa ini memang tak punya peran apa-apa dalam sejarah perkembangan bangsa ini? Apakah memang mereka sama sekali tak punya andil dalam masa-masa kemerdekaan bagi negeri ini.
Melalui buki “Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia” ini, Prof Dr Leo Suryadinata mencoba memaparkan sejumlah temuan dalam masalah ini. Dari sekian banyak buku yang pernah ada, mungkin sejauh ini tidak ada buku sejarah yang menyebut peran orang Tionghoa dalam sejarah Indonesia.
Dalam buku ini, Leo memilah-milah peranan etnis Tionghoa menjadi tiga kelompok berdasarkan orientasi politik mereka. Namun di sana justru dapat terlihat jelas sokongan terhadap nasionalisme lndonesia merupakan aliran yang utama di kaum Tionghoa Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Semangat nasioalisme Indonesia di antara peranakan Tionghoa lebih menguat setelah Indonesia merdeka. Mereka telah memberikan andil yang cukup besar dalam pembangunan Nasion Indonesia.
Buku ini menghimpun hasil-hasil kajian Leo Suryadinata tentang nasionalisme Indonesia dan etnis Tionghoa di Indonesia antara 1965-2008, sehingga sedikit banyak merefleksikan perkembangan pemikiran penulis dalam kurun waktu hampir setengah abad, khususnya dalam soal relasi antara nasionalisme Indonesia dan etnis Tionghoa.()

Judul : Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia
Penulis : Prof Dr Leo Suryadinata
Penerbit : Kompas
Harga Normal : Rp 48.000
Harga Diskon : Rp 38.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Kondisi : 100 % Baru
Pemesanan : WA /SMS 085920713061

Tuesday, 4 August 2015

Mempelajari Kebudayaan Peranakan Tionghoa Lewat Wayang Potehi Gudo

Wayang Potehi adalah salah satu kesenian dari daratan Tiongkok yang sudah lama di kenal di Nusantara.  Pertunjukan ini biasanya dibawa oleh komunitas totok dan peranakan Tionghoa yang sudah tinggal di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur selama ratusan tahun.
Wayang Potehi awalnya hanya dipertunjukan di klenteng-klenteng sebagai bagian dari ritual pemujaan, namun kini komunitas Tionghoa di Jawa tak hanya menjadikan wayang ini sebagai ritual pemujaan kepada para dewa dan arwah leluhur belaka, tapi juga bisa menjadi sarana bagi hiburan rakyat.
Dalam prakteknya, pertunjukan wayang ini sangat identik dengan Negeri Tiongkok, karena itu seni pertunjukan ini banyak menyajikan cerita-cerita kepahlawanan Tiongkok masa lalu. Seperti Sie Jin Kwie Ceng Tang, Sie Jin Kwie Ceng See, Sam Kok (San Guo Yen I) atau juga Sun Go Kong (Sun Wukong). Tapi tak jarang juga mereka menyajikan cerita drama mengharukan semacam San Pek Eng Tay yang terkenal dari Negeri Mao Tze Dong (Mao Tse Tung) ini.
Dengan mempelajari kesenian wayang ini, sedikit banyak kita bisa belajar soal kebudayaan kaum peranakan di Tanah Jawa, walaupun belum sempurna benar.
Dari sekian banyak jenis wayang Potehi, wayang Potehi yang ada di kawasan Gudo, Jawa Timur selalu disebut-sebut sebagai pagelaran wayang Potehi yang paling mendarah daging. Namun sayang tak banyak literatur yang bisa membeberkan sejarah panjang tentang asal-muasal kesenian ini.
Karena itu, kehadiran buku ini diharapkan mampu menguraikan tentang beberapa aspek seperti riwayat peranakan Tionghoa di Indonesia, sejarah Kota Gudo, sejarah wayang Potehi sebagai seni pertunjukan dan upaya pengembangannya. Buku ini kian menarik karena dilengkapi oleh foto-foto yang berkualitas.()


Judul: Wayang Potehi Gudo (Hardcover)
Penulis: Dwi Woro Retno Mastuti
Penerbit: Sinar Harapan dan Indonesia Shangbao
Tebal: xxviii + 145 hal
Kondisi : Baru 100 %
Harga Normal : Rp 250.000
Harga Diskon : Rp 200.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Pemesanan : SMS 085920713061 atau email bukuklasik@gmail.com