Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia tentu mengenal
Perayaan Peh Cun yang merupakan peringatan mengenang jasa Khut Guan (Chu Yuan)
saat menceburkan diri dalam sungai atau strategi Sun Wu (Sun Tzu) yang demikian
termasyur. Kedua tokoh ini adalah tokoh yang muncul pada zaman Tong Ciu Liat
Kok atau Musim Semi Musim Rontok.
Konon kisah ini disebut-sebut sebagai roman yang sangat
indah, bahkan ada beberapa yang bilang bahwa kisah Tong Ciu Liat Kok ini lebih
indah dari kisah Sam Kok (Epos Tiga Negara). Maka tak heran kalau kisah ini
masuk dalam 10 judul roman klasik Tiongkok yang wajib dibaca orang Tionghoa
selain Sam Kok, Shui Hu Chuan, Hung Louw Mung, See Yu Khi.
Kalau mau jujur, sebagian besar taktik bisnis dan dagang
orangTionghoa dulu diserap lewat kisah ini. Intrik, strategi, adu taktik
semuanya dirangkum lewat cerita-cerita menarik dalam kisah ini. Bahkan dalam
beberapa kesempatan, tokoh-tokoh di dalam roman Tong Ciu Liat Kok ini
menggunakan siasat mengumpankan wanita untuk menaklukkan musuh. Sehingga kisah
ini seperti nyata dan relevan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Demikian hebatnya kisah ini, sehingga pimpinan Partai
Komunis Cina ternama macam Mao Tse Tung (Mao Zedong) menyatakan bahwa bangsa
Tiongkok tidak boleh melupakan kisah ini. Karena selain strategi dan siasat,
dalam kisah ini juga ada banyak sekali nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang
dapat dipetik.
“Catatan-catatan yang ada dalam zaman musim semi dan musim
gugur serta negara-negara berperang adalah catatan-catatan khas yang luar
biasa. Sehingga sampai saat ini, kisah-kisah yang ada di dalamnya masih
dicintai bahkan dipakai sebagai tradisi mereka 1). Nilai-nilai yang
dikandung dalam kisah ini menjadi sebuah peradaban klasik dari Negeri Cina yang
patut dipelajari terus,” kata Mao.
Judul : Tong Ciu Liat Kok (1-9)
Penulis : Marcus AS
Penerbit : Marwin
Harga Normal : Rp 540.000
Harga Diskon : Rp 450.000
Pemesanan : WA /SMS 085920713061
Email : bukuklasik@gmail.com
No comments:
Post a Comment