Tuesday, 21 February 2017

Cinbeng ; Eksistensi Peranakan Tionghoa Tangerang



Bicara etnis Tionghoa Tangerang atau lebih lazim dikenal dengan sebutan Cina Benteng  (Cinbeng) memang sangat menarik. Karena ternyata komunitas ini telah mendiami wilayah (kota dan kabupaten) Tangerang selama 300 tahun lebih. 

Namun ternyata, sangat sulit untuk mencari literatur sejarah perkembangan kaum peranakan Tionghoa Tangerang ini. Hal ini karena tak ada penulis yang secara spesifik membahas komunitas satu ini secara menyeluruh, kalau pun ada pembahasan masalah komunitas Tionghoa Tangerang, versinya hanya sepenggal-sepenggal.

Padahal kalau dicermati, ada banyak sekali pengaruh positif dari komunitas ini terhadap sejarah dan perkembangan Tangerang. Sebut saja di sektor kebudayaan, komunitas ini banyak menyumbangkan berbagai tradisi menarik khas Tangerang. Seperti munculnya kesenian gambang kromong dan cokek di sana, serta berbagai makanan yang bukan lagi khas Cinbeng, dan yang lebih menarik semu itu tak lagi menjadi ciri khas peranakan Tionghoa di sana, tapi sudah menjadi khas Tangerang.

Tuesday, 22 March 2016

Menguji Nasionalisme Kaum Tionghoa Indonesia Lewat Buku

Kalau kita bicara soal, nasionalisme di negeri ini, etnis Tionghoa jelas-jelas akan selalu menjadi etnis tertuding karena mereka kerap dicap tak punya nasionalisme. Tudingan demi tudingan yang dilancarkan sejumlah kelompok termasuk oknum birokrat di masa Orde Baru ini mau tak mau akan membuat komunitas Tionghoa jadi mengalami masa trauma akibat perlakuan diskriminatif ini.
Sejarawan dari Komunitas Bambu, J.J. Rizal bahkan pernah menyatakan rasa traumatis di kalangan masyarakat Tionghoa, terutama di kalangan muda terjadi karena secara langsung maupun tidak langsung, etnis Tionghoa seperti dianggap sebagai “roh jahat atau setan” di kalangan etnis non Tionghoa.
Hal ini terjadi setelah adanya peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang kemudian para birokrat di masa Orde Baru berusaha membuat stigma bahwa orang-orang dari keturunan Tionghoa ini dianggap memiliki andil dalam organisasi-organisasi yang berideologi kiri.
Akibatnya etnis Tionghoa merasa ketakutan untuk ikut serta dalam kancah politik. Ketakutan ini juga kemudian memunculkan sikap kaum ini kemudian jadi sapi perahan bagi para pejabat korup di negeri ini.
Tapi yang jadi menarik untuk diperbincangkan adalah apakah benar kaum Tionghoa ini memang tak punya peran apa-apa dalam sejarah perkembangan bangsa ini? Apakah memang mereka sama sekali tak punya andil dalam masa-masa kemerdekaan bagi negeri ini.
Melalui buki “Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia” ini, Prof Dr Leo Suryadinata mencoba memaparkan sejumlah temuan dalam masalah ini. Dari sekian banyak buku yang pernah ada, mungkin sejauh ini tidak ada buku sejarah yang menyebut peran orang Tionghoa dalam sejarah Indonesia.
Dalam buku ini, Leo memilah-milah peranan etnis Tionghoa menjadi tiga kelompok berdasarkan orientasi politik mereka. Namun di sana justru dapat terlihat jelas sokongan terhadap nasionalisme lndonesia merupakan aliran yang utama di kaum Tionghoa Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Semangat nasioalisme Indonesia di antara peranakan Tionghoa lebih menguat setelah Indonesia merdeka. Mereka telah memberikan andil yang cukup besar dalam pembangunan Nasion Indonesia.
Buku ini menghimpun hasil-hasil kajian Leo Suryadinata tentang nasionalisme Indonesia dan etnis Tionghoa di Indonesia antara 1965-2008, sehingga sedikit banyak merefleksikan perkembangan pemikiran penulis dalam kurun waktu hampir setengah abad, khususnya dalam soal relasi antara nasionalisme Indonesia dan etnis Tionghoa.()

Judul : Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia
Penulis : Prof Dr Leo Suryadinata
Penerbit : Kompas
Harga Normal : Rp 48.000
Harga Diskon : Rp 38.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Kondisi : 100 % Baru
Pemesanan : WA /SMS 085920713061